Kepatuhan Masyarakat Kunci Memutus Rantai Penyebaran Covid-19

By Admin


nusakini.com - Jakarta,  Musibah Covid-19 telah melanda lebih dari 215 negara termasuk Indonesia. Untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang belum ditemukan vaksin dan obatnya ini, kuncinya adalah kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Oleh karena itu, keterlibatan semua pihak termasuk para ulama, pemuka umat, menjadi sangat penting. 

"Untuk kita semua, untuk kebaikan, untuk limaslahatil aammah. Untuk kebaikan semua itu. Dalam rangka himayatul ummah, menjaga umat. Kadang-kadang umat itu kalau tidak diingatkan, tidak di-tanbih-kan, (lupa). Makanya mesti ada tanbihul ghafilin, ada kitab namanya Tanbihul Ghafilin, mengingatkan orang yang lupa. Lupa agama, lupa shalat, lupa juga menaati protokol kesehatan. Nah, saya kira masalah ini yang kita (hadapi)," ujar Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma'ruf Amin saat melakukan silaturahmi dengan sejumlah Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Islam di Istana Wapres Jl. Merdeka Selatan Jakarta Pusat, Jum'at (17/7/2020).

Lebih lanjut, Wapres menjelaskan bahwa ulama memiliki dua tugas pokok. Pertama, iqamatul musalih wal manafi’, membangun kemaslahatan dan kemanfaatan, yakni bagaimana membangun hal-hal yang baik, konstruktif, positif, membawa manfaat dan maslahat dalam semua aspek kehidupan. 

"Dan yang kedua itu adalah izalatul mafasid wal adrar, menghilangkan kerusakan-kerusakan dan bahaya-bahaya. Kerusakan lingkungan, kerusakan akhlak, yaitu sesuatu yang merusak, kalau bahasa ulamanya itu ifsad ma’nawi dan ifsad maadi, baik yang sifatnya ma’nawiyah maupun yang sifatnya fisik, fasad, apa saja. Kemudian juga idzaratu dharar atau dhaf’ud dharar," terangnya.

Dalam kesempatan itu, Wapres juga memaparkan dampak sosial dari pandemi Covid-19 yaitu menyebabkan banyak orang miskin. 

"Misbar-Misbar sekarang. Jadi ada Mislam ada Misbar. Mislam itu miskin lama, ada miskin baru. Nah, Misbar ini ternyata banyak sekali. Makanya pemerintah mengeluarkan bansos-bansos itu, untuk bansos itu (anggarannya) lebih dari 100 (triliun), 120 triliun. Untuk menangani kesehatannya, melakukan tes masif, melakukan isolasi, melakukan apa namanya itu penelusuran, tracing dan sebagainya, penanganannya itu 85 triliun. Untuk menanggulangi dampak ekonominya itu sisanya. Seluruhnya itu 695 triliun. Jadi semua untuk ke situ semua. Yang lain di-tahwil, istilahnya itu," jelasnya.

Sementara di tempat yang sama, Menteri Agama Fachrul Razi menuturkan bahwa strategi menghadapi Covid-19 yang sebelumnya lebih ketat seperti bekerja, belajar, beribadah di rumah, dan lain sebagainya, namun saat ini berbeda dengan adanya Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di mana masyarakat tetap produktif tetapi aman Covid.

"Memasuki AKB, banyak hal yg mungkin kita perlu waspadai, tapi kita semua yakin dengan dukungan teman-teman Ormas Islam, bisa kami yakin, bisa berjalan baik," ujarnya. (pr)